karya : Dede Riyaldi
untuk lihat chapter - chapter awal dan selanjutnya ada disini
"aku harus membunuhnya" sahut bapak kusmirwardhani kepada para tenatranya.
"apa yang harus kami lalukan, tuan?" tanya seorang tentara padanya.
"tunggu sebentar ...." perintah bapak kusmirwardhani sambil memikirkan rencana untuk membunuhku.
"aku akan membuat siasat dengan mengirim kalian sebagai rakyat biasa di tarumanegara. setelah itu, bunuhlah ia."
titah bapak kusmirwardhani
merekapun bersiap - siap untuk menyamar menjadi rakyat biasa di tarumanegara.
akupun berjalan di kegelapan malam yang disana listrik masih belum ditemukan. tiba - tiba ada dua orang yang mencegatku.
"mau kemana engkau anak muda??" tanya satu orang pada ku.
"saya mau ke sana" jawab ku seraya menunjuk kerumah pa jaya dan ketakutan.
"kami tidak akan membiarkanmu lewat. kalau engkau mau lewat, maka lawanlah kami" sahut yang satunya lagi
penjahat disinipun sangatlah berbeda di bogor sana, disini yang kalah adalah dibunuh. akupun panik dan tidak bisa berbuat apa - apa. sehingga datanglah orang asing yang menolongku
"hei kalian, jangan hanya berani pada anak muda saja, kalau berani lawan aku" tantangnya pada kedua orang itu.
"baik. ayo lawan dia" ajak satu orang kepada yang lain
merekapun bertarung dan pertarungan itu dimenangkan oleh orang asing itu.
"engkau tidak apa?" tanyanya padaku
"untung lah hanya luka kecil saja. terimakasih sudah menolongku" seruku padanya
"baiklah kalau begitu. aku akan meneruskan perjalan." sahutnya padaku seraya menghilang di tengah gelapnya malam.
kemudian akupun pulang kerumah bapak jaya yang dulu ( yang sekarang mereka tinggal di istana).
akupun bersiap untuk tidur, tetapi datanglah seseorang. karena panik, aku langsung memegang kayu jikalau ada orang jahat lagi, aku akan memukulnya.
setelah pintu dibuka ternyata
"jangannn .... " serunya
"dewi?? aku kira engkau orang jahat" kagetku dan ia ternyata dewi.
"memangnya kenapa engkau bisa berprasangka seperti itu??" tanyanya padaku.
"tadi aku dicegat oleh dua orang jahat, aku terluka kecil. untung ada orang asing yang menolongku."
"syukurlah. oh iya, seberapa lama lagi kamu mau tinggal disini?" tanyanya padaku.
"mungkin aku tidak akan kesini lagi. soalnya aku telah mengubah sejarah, dan mungkin disini juga tidak aman. aku takut kalau aku terbunuh disini." seruku
"hmm... baiklah kalau itu keputusanmu. tapi sebelum engkau pergi, bawalah kenang kenangan ini." iapun memberikanku buku diarynya, beberapa cindera mata yang ia buat sendiri.
"inikan buku diarymu?? bagaimana jika engkau ingin menulisnya lagi?"
"aku masih punya satu buku pemberian darimu. itu juga sebagai kenag - kenangan supaya engkau tidak lupa terhadap kami. aku juga akan membuatkan mu patung sehingga kamijuga tidak lupa padamu."
"terimakasih dewiwarman atas semua kebaikan mu dan keluargamu. aku tidak akan melupakannya."
"aku juga tidak akan melupakanmu."
"oh iya, sebelum aku pergi, ini ada sesuatu untuk mu" akupun memberikan batu mouse itu padanya.
"jika kamu ingin mengunjungiku, kamu bisa membawa batu ini saat kamu tidur, tetapi, kalau kamu kesana, kamu tulis di buku alamatku ini " akupun memberikan alamatku padanya
"selamat tinggal" akupun tidur dan terlihat di mata dewi sebuah kesedihan.
tubuhkupun menghilang dari pandangannya.
"wah sudah pagi .. " sahutku.
akupun beraktifitas seperti biasa. tetapi hari ini aku tidak akan kesana lagi untuk selamanya. dan ibuku juga ada dirumah.
"aku berangkat sekolah dulu ya" sahutku pada ibuku.
"iya, hati - hati dijalan ya ..." seru ibuku
akupun bersekolah seperti biasa hingga dipelajaran bahasa indonesia
"sekarang adalah belajar menulis cerita pendek. kalian boleh menulis apa saja yang ada di imajinasi kalian" sahut bu elli, guru bahasa indonesia ku
akupun menulis ceritaku di tarumanegara dan membacakannya di depan kelas
"kasih applause dong buat dede, karena, ceritanya sangat bagus" sahut bu elli.
setelah sekolah selesai, akupun pulang dan ternyata ada tamu di rumahku
"assalamualaikum" sahutku
"eh udah pulang ini ada ...."
"dewi .....?" sahutku seraya tidak percaya karena wajahnya seperti masih remaja sepertiku
"iya, ini aku " jawabnya seraya mengumbar senyum yang sangat manis
"emang itu siapa a?" tanya ibuku
"itu, temen dari kerajaan tarumanegara." jawabku
"hah, kerajaan tarumanegara?" tanya ibuku keheranan.
"iya bu, saya berasal dari kerajaan tarumanegara di tahun 375 masehi itu"
"ah, kalian mah bercanda aja," seru ibuku seraya tidak percaya
"bener kali bu, ini buktinya " akupun menunjukan foto diponselku ketika dia masih remaja dan kami masih membahas soal pemimpin di sana.
"wah benar, kapan kamu kesana?" tanya ibuku
"setiap malem bu" jawabku
"ah, kalian ini buat ibu pusing aja. yaudah kalau gitu, bawa tuh temenmu jalan-jalan" seru ibuku
"bener banget. ayo kita pergi keluar, bu kami pergi dulu ya..." sahutku
"kami pergi dulu ya ..." sahutnya juga
karena dia memakai langsung dari tarumanegara, kanya dia dikasih baju oleh ibuku. kamipun pergi keluar dan menerangkan semuanya
"kalau itu apa?" tanyanya sambil menunjuk ke gunung di belakang sawah di dekat rumahku
"kalau itu gunung, namanya gunung salak"
"wah indahnya .... memang benar, disini memang berbeda. tidak seperti di tarumanegara."
"oh iya, bagaimana kamu bisa kesini?" tanyaku
"aku kesini kan ada buku ini" jawabnya
"oh iya, terus kamu muncul dari mana?" tanyaku
"kalau nggak salah sih tadi di ...... keb ... kebun" jawabnya sambil mengingat ngingat
"kebun raya bogor?" tanyaku padanya
"nah itu. disana juga banyak pohon ya?"
"iya sih. tapikan disana jauh banget. terus kamu bisa bahasa indonesia dari mana??" tanyaku
"kan di buku kamu ada tulisan, eh aku bisa baca dan ternyata itu tulisan kaya bahasa anah sama bahasa indonesia. terus aku masih inget saat kamu ngajarin kita semua bahasa indonesia. oh iya, tadi juga aku udah naek benda besi yang bisa bergerak sama bapak bapak saat aku menunjukan buku ini padanya. kebetulan ia aalah tetanggamu. makanya ia membawaku kesini"
"oh kaya gitu. terus mana batuny??" tanyaku padanya
"ada, nih" iapun menunjukannya padaku
"kok bisa si, kamu badannya bisa kecil lagi?" tanyaku heran
"nggak tau aku juga"
"oh. jadi kamu mau berapa lama disini?"
"mungkin ini adalah dunia yang paling bagus. aku si inginnya selamanya. tapi dimana aku akan tinggal"
"hmm ... pulang yuk udah mau magrib nih"
"magrib? apa itu?" tanyanya padaku
"itu artinya harinya menjelang malam. ayo kita pulang"
kamipun pulang kerumahku dan ternyata bapakku sudah datang dan sedang mengobrol bersama pa deni, orang yang tadi mengantarkan dewi ke rumahku
"eh udah pulang" sahut bapakku
"iya pak, oh iya, ini ...." asalnya si aku mau memperkenalkan dirinya pada bapakku, tapi bapakku menyela
"bapak udah tau kok, kamu yang sama pa deni di temuin kan?" tanya bapakku padanya
"oh , jadi nama bapak yang tadi pak deni. iya pa" sahut dewi
"oh, jadi kamu temennya aldi (dirumah aku dipanggilnya itu)" sahut pa deni.
"aldi?? maksudnya kang dede??" sahutnya bingung
"jangan panggil kang dong, panggil aja dede" sahutku
"pa, aku mau ngomong dulu sama bapak, bisa kan?" sahutku pada bapakku
"ada apa?"
akupun mengobrol di dapur
"pa, diakan dari tarumanegara"
"iya, kan tadi udah diomongin sama ibu, tapi bapak sedikit percaya. oh iya, ngapain dia kesini?"
"dia cuman mau ketemu sama aldi doang. dia temen adi di tarumanegara"
"terus dia nanti mau tinggal dimana?" tanya bapakku
"nggak tau. coba panggil pa deni kesini, pa denikan nggak punya anak kan pa, angkat aja jadi anaknya"
"coba ya"
bapakkupun memanggil pa deni
"den, kamukan nggak punya ..."
"iya, tau. tadi juga saya sudah bicara pada istri saya, dia juga setuju kalau anaknya baik. kalau ngga nggak bakal katanya"
"nah, pa deni udah setuju, tinggal kamu jelasin ke kita gimana dia sifatnya" bapakku berbicara padaku.
"dia itu anaknya raja tarumanegara, nama bapakknya jayasingawarman, terus namanya dewiwarman. dia dari taruma negara. terus agama dia si masih hindu. soalnya kan pas waktu itu islam masih belom nyampe kesana, toh nabi muhammad juga belom lahir. terus dia sebenernya umurnya 23 tahun."
"hah 23 tahun??" teriak mereka berdua
"nggak tau. kan kalau dia disana udah segede aa (kakakku), tapi disini dia balik lagi sama kaya adi. mungkin umurnya juga"
"jadi kamu setuju tidak?"
"coba saya tanya dulu ke istri saya"
pa denipun mengkonfirmasi ke istrinya
"bu, anak yang bapa ceritain itu ternyata anaknya raja, raja tarumanegara. pokoknya dia itu baik banget. tapi masih hindu!"
"nggak apalah. nanti agama mah gampang"
pa denipun kembali kerumahku
"oke katanya. nanti dia disekolahin disekolah kamu" sahut pa deni
"yaudah. besok ya ...."
kamipun kembali kesamping dewi
"dew, ada kabar baik buat kamu!!" sahutku
"iya, sekarang, kamu tinggal dirumah pa deni, jadi anaknya. kamu mau ngga??" tanya bapakku padanya
"mau sih. tapi nanti aku ngerepotin bapa!" sahutnya
"nggak ko, kebetulan bapa sama istri bapa belum punya anak. kamu mau gak, jadi anak bapa. terus nanti kamu juga sekolah di sekolahnya aldi."
"yaudah. makasih pa"
"iya, oh iya. sekarangkan udah malem, mendingan kami pulang aja ya."
"yaudah. sampai besok ya dew! oh iya, ini buku diarynya, aku belom baca kok"
"makasih"
"ayo dew, kita pulang"
dewipun pulang bersama dengan pa deni
"assalamu'alaikum" seru padeni
"waalaikum salam, eh ini yang namanya dewi, ayo masuk"
"iya bu, makasih"
"oh iya, kamu dari mana?" tanya bu deni pada dewi
"aku dewi bu, dari tarumanegara"
"oh, kamu dari tarumanegara, aku rika, suaminya pa deni. kamu mau ga jadi anak ibu"
"iya bu. aku udah setuju kok"
"yaudah, sekarangkan udah malem, tidur yuk. tuh kamarnya udah ibu siapin. mulai dari sekarang kamu manggil aku ibu terus manggil pa deni bapak ya"
"yaudah. aku tidur dulu ya"
dewipun tidur. sementara itu pa deni dan bu rika pergi kepasar untuk membeli perlengkapan sekolah dan baju untuk nya sehari hari. dan untuk paginya mereka akan mendaftarkannya kesekolah ku.
bagaimana kondisi belajar aku dengan dewi?? tunggu lanjutannya di chapter ke 5
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan kata-kata sopan, tidak SARA dan mengandung Unsur Pornografi